
By Ridwanz Sankz
Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita sebagai orang tua untuk meneruskan misi para leluhur bangsa dengan cara menanamkan jiwa kepemimpinan yang kuat kepada anak sejak dini dan membiasakan diri mereka untuk selalu senantiasa bertanggung jawab, agar kelak nanti bisa menjadi pemimpin besar yang hebat. Maka tak heran jika hampir semua orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi seorang pemimpin, termasuk Anda kan?
Pemimpin hebat dunia itu dulunya pernah jadi anak kecil, mustahil dengan sim salabim tiba-tiba menjadi dewasa. Jadi sudah pasti dia mengalami proses kehidupan dan mendapatkan pelajaran dari kehidupan, salah satunya melalui permainan. Jadi ada hubungan antara Permainan, Kepemimpinan dan Budaya Sunda
Ada banyak cara untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan, salah satunya adalah melalui permainan, dan yang namanya permainan tidak hanya didominasi oleh anak kecil, namun bisa juga dilakukan oleh orang dewasa, karena orang dewasa pun masih perlu bermain, dan senang dengan permainan.
Ada fakta yang mengejutkan, seiring dengan tingkat stress yang dimiliki oleh orang dewasa saat ini, yang diakibatkan oleh dampak dari persaingan, kehidupan sosial, ekonomi dan sebagainya, dapat mengakibatkan peningkatan stress bagi banyak orang, khususnya dialami oleh orang dewasa. Untuk itu mereka butuh objek untuk mengalihkan fokus sejenak dari rutinitas sehari-hari dengan cara mencari “penyaluran” untuk melepaskan beban, ketegangan, penat, stress, khawatir yang sering mreka rasakan. Dan salah satu penyaluran yang aman dan nyaman adalah dengan bermain. Ada banyak permainan yang biasa mereka mainkan, seperti bermain games di laptop, gadget, permainan di acara Outbond dan sebagainya.
Jadi, siapa bilang bermain itu hanya milik anak-anak, orang dewasa pun ternyata butuh untuk bermain. Menurut penelitian, melakukan aneka permainan yang menyenangkan dan bisa membuat gembira, seperti bermain sepeda, sepak bola, bermain game dengan teman-teman, mampu mendongkrak kebahagiaan dan membuat hidup menjadi lebih produktif, baik dalam hal pendidikan maupun pekerjaan. Oleh karena itu jangan heran jika anda menemukan banyak orang dewasa yang masih suka dengan permainan, bahkan bisa jadi level kesukaannya lebih tingggi dibandingkan anak kecil.
Bila kita telusuri, ada banyak sekali permainan yang dapat dimainkan oleh orang dewasa dan juga anak kecil, yang bisa dilakukan baik itu indoor maupun outdoor, berupa permainan individu ataupun permainan untuk kelompok, dan idantaranya berupa permainan tradisional Sunda. Permainan tradisional ini sangat terkenal dan familiar dikalangan orang Indonesia, khususnya suku Sunda.
Ada informasi menarik yang dipaparkan oleh Bapak Permainan Tradisional Indonesia, Mohamad Zaini Alif, yang juga pendiri komunitas Hong, tentang mainan dan permainan, diantaranya adalah :
Ada banyak sekali jenis permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak, terutama dalam lingkungan Sunda, permainan ini biasa disebut dengan “Kaulinan Barudak Sunda”.
Di daerah Jawa Barat terdapat 250 jenis mainan tradisional, dan penelaahannya di awali dari naskah kuno abad ke-14, Naskah Siksa Kanda Ng Karesia, yaitu naskah yang berasala dari Kabuyutan Ciburuy yang berada di lereng gunung Cikuray Garut Selatan. Hal penting yang belum diketahui, pada masa itu, orang yang memiliki keahlian dalam permainan, disetarakan dengan keahlian lain seperti ahli pantun, ahli karawitan, ahli cerita atau dalang, ahli tempa, ahli ukir, ahli masak, ahli kain dan keahlian lainnya.
Dalam Siksa kandang Ng Karesian disebutkan “...Hayang nyaho di pamaceh ma: ceta maceuh, ceta nirus, tatapukan, babarongan, babakutrakan, ubang-ubangan, neureuy panca, ceta nirus, tatapukan, babarongan, babakutrakan, ubang-ubangan, neureuypanca, munikeun le(m)bur, ngadulesung, asup kana lantar, ngadu nini, singwatek (ka) ulinan ma, hempul tanya....”yang artinya “ ...Bila kita ingn tahu permainan seperti: ceta maceuh, ceta nirus, tatapukan, babarongan, babakutrakan, ubang-ubangan, neureuy panca, ceta nirus, tatapukan, babarongan, babakutrakan, ubang-ubangan, neureuypanca, munikeun le(m)bur, ngadulesung, asup kana lantar, ngadu nini, singwatek (ka) ulinan m, tanyalah Empul...” (Saleh Danasamita, 1986:83, 107)
Tahukah Anda, dibalik permainan anak traidisional ternyata banyak terpendam bongkahan filosofi dan makna tersembunyi yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan, salah satunya adalah filosofi kepemimpinan. Dan semua pasti setuju bahwa mengajarkan kepemimpinan kepada anak melalui permainan adalah cara yang efektif. Maka tak heran jika para leluhur kita di seluruh nusantara khususnya suku Sunda sudah menerapkannya sejak dahulu, melalui permainan anak-anak / kaulinan barudak. Caranya dengan menyisipkan simbol dan filosofi kepemimpinan ke dalam permainan tersebut. Hal ini bertujuan untuk melatih komunikasi dan kepemimpinan sejak dini.
Banyak pemimpin hebat di muka bumi dan jagat raya ini, namun tak satu pun dari mereka berani memberikan jaminan untuk bisa meneruskan kepemimpinannya kepada anak-anaknya 100%. Kepemimpinan bukanlah anugerah yang serta merta diberikan oleh Tuhan, namun kepemimpinanan butuh proses, butuh tahapan-tahapan yang panjang agar kualitas kepemimpinannya menjadi lebih “matang”. Oleh sebab itu jiwa kepemimpinan sudah seharusnya ditanamkan sejak dini, saat mereka masih anak-anak. Oleh karena itu jangan menganggap enteng fase tumbuh kembang anak hingga remaja, karena fase inilah yang membentuk karakter mereka di masa depan.
Saya tanya Anda, siapa yang seharusnya paling mengenal karakter dan sifat anak-anaknya dalam sebuah keluaga?
Ya betul. Jawabannya adalah orang tuanya sendiri.
Orang tua harus lebih mengenal anaknya sendiri dibandingkan orang lain terutama dalam mengenal karakter anak yang merupakan darah dagingnya sendiri. Seperti kita ketahui bahwa setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, tak satupun yang sama di antara milyaran manusia di dunia. Meskipun mereka adalah bayi kembar siam, pasti memiliki perbedaan di antara keduanya, baik itu sifatnya, karakternya, hobinya, seleranya dan sebagainya.
Jika Anda adalah orang tua atau siapa pun dia yang mencintai anak kecil pasti paham dan mengenali karakter mereka, banyak ragam karakter yang bisa kita jumpai, ada anak yang berkarakter malas, keras, manja, suka menangis, pendiam dan lain-lain. Biasanya karakter tersebut memang sudah bisa dilihat semenjak mereka masih kecil, fase pembentukan karakter.
Bila kita bicara lebih spesifik, karakter seorang anak terbentuk saat dia berusia 3 hingga 10 tahun, banyak orang menyebutnya sebagai masa golden age. Pada usia ini, pikiran anak sangat peka dan responsive terhadap input apa saja yang berasal dari luar dirinya. Sehingga orang tua harus mengambil alih dan berusaha untuk mendominasi input yang positif kepada anak, karena input positif inilah bisa membentuk karakter anak yang berkualitas.
Hal penting yang harus Anda garis bawahi, jika orang tua kurang memberikan bimbingan secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, dan anda pasti sudah tahu bahwa lingkungan bisa menyumbang berbagai macam input kepada anak, dan sayangnya lebih banyak input negatifnya daripada positifnya.
Begitu pula dengan jenis permainan yang diajarkan kepada anak, bentuk permainan anak yang baik akan bisa membantu dalam pembentukan karakter pada anak. Selain itu permainan yang menyisipkan kepemimpinan akan membantu untuk menumbuhkan karakter pemimpin di dalam diri anak.
BACA JUGA : Spiritual Leadership
Namun sebaliknya, bila anak disuguhkan permainan yang buruk, seperti permainan dalam gadget atau video game yang berisi konten kekerasan, maka akan menumbuhkan karakter anak yang offensive, destruktif, sulit mengendalikan emosi, introvert bahkan tidak menutup kemungkinan anak memiliki karakter destruktif atau merusak, fakta ini didapat berdasarkan pada pengalaman saya dalam menangani pasien anak yang memiliki masalah kecanduan game online dengan tema kekerasan, dengan teknik hipnoterapi.
Oleh sebab itu sebagai orang tua, Anda harus memiliki strategi dalam mendidik dan menyiasati berbagai karakter anak. Dan poin yang tidak kalah penting, saat menyikapi hal ini anda harus menyadari bahwa kondisi saat ini berbeda dengan kondisi di zaman anda sebelumnya, untuk itu setiap orang tua harus meng upgrade pengetahuan tentang cara mendidik anak dan meng up to date informasi yang berikaitan dengan dunia anak dan remaja, serta meningkatkan kecakapan komunikasi dalam keluarga, khususnya cara membangun komunikasi 2 arah dengan anak. Dan bila perlu, anda seharusnya berkonsultasi dengan konselor profesional di bidang parenting, psikologi ataupun hipnoterapis yang telah berpengalaman dalam menangani masalah anak dan permasalahan keluarga. Nah sebagai referensi utama, anda bisa langsung mengunjungi www.ridwansank.co.id